Book Review
Pengenalan Awal Sosiologi Agama
Thomas F. O’Dea. Sosiologi Agama. PT Raja Grafindo Persada, Yogyakarta. 1995. ISBN 979-421-130-3
Menik Trisnawati. 1210067. Fisika III B
Dalam masyarakat yang sudah mapan, agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang melengkapi seluruh sistem sosial. Perbandingan lembaga/ aktifitas keagamaan dengan lembaga/ aktifitas sosial lain menunjukan bahwa agama dalam pautannya berhubungan dengan masalah yang tidak diraba (the beyond) merupakan sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang sepele dibandingkan bagi masalah pokok manusia. Namun kenyataannya lembaga keagamaan adalah menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, mencakup aspek penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan. (hal 2)
Agama menunjukkan seperangkat aktifitas manusia dan sejumlah bentuk-bentuk sosial yang mempunyai arti penting. Thomas F. O’Dea dalam bukunya sosiologi agama menulis bahwa banyak hal penting dalam perkembangan penelitian sosiologi agama sangat dipengaruhi oleh sudut pandang sosiologis yang dikenal sebagi teori fungsional. Dalam masalah ini agama merupakan salah bentuk perilaku manusia yang sudah terlembaga. Maka timbul pertanyaan sejauh manakah lembaga keagaamaan seperti halnya lembaga sosial yang mempunyai fungsi manifes dan laten, dalam memelihara keseimbangan seluruh sistem sosial? (hal 4)
Teori fungsional melihat kebudayaan bagi manusia merupakan kreasi dunia penyesuaian dan kemaknaan, dalam konteks mana kehidupan manusia dapat dijalankan dengan penuh arti. Sedang dalam konteks teori fungsional kepribadian yaitu sejauh manakah agama mempertahankan keseimbangan pribadi melakukan fungsinya. Kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian merupakan tiga aspek dari suatu kompleks(Hal 6)
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan dengan unsur – unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian, ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memeang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia. Dalam hal ini fungsi agama ialah menyediakan dua hal. Yang pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh manusia (beyond), dalam arti dimana deprivasi dan frustasi dapat dialami sebagai sesuatu yang mempunyai makna. Yang kedua adalah sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal di luar jangkauannya yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi manusia untuk mempertahankan moralnya. (hal. 26)
Teori fungsional menyediakan suatu jalan masuk yang bermanfaat untuk memahami agama sebagai fenomena sosial yang universal. Agama memberi kebudayaan sebagai tepat berpijak yang berada diluar pembuktian empiris atau tidak terbukti, atas dasar mana yang tertinggi yang dipostulatkan. Makna yang tinggi ini memberikan tolakan dasar bagi tujuan dan aspirasi manusia yang karea itu membangkitkan sikap kagum yang memungkinkan kesesuaian yang sinambung dan efektif dengan nilai dan tujuan kebudayaan itu sndiri. Agama memberikan sumbangan pada sistem sosial dalam arti pada titik kritis pada saat manusia menghadapi ketidakpastian dan ketidakberdayaan, agama menawarkan jawaban terhadap masalah makna. Agama menyediakan sarana untuk menyesuaikan diri degan frustasi karena kecewa, apakah itu berasal dari kondisi manusia ataupun dari susunan kelembagaan masyarakat. Fungsi agama bagi kepribadian manusia ialah menyediakan dasar pokok yang menjamin usaha dan kehidupan yang menyeluruh, dan menawarkan jalan keluar bagi kebutuhan dan rasa haru serta penawar bagi emosi manusia. (hal 31)
Para ahli teori fungsional telah menekankan sumbangan yang diberikan agama demi kesinambungan masyarakat, khususnya yang tidak disengaja oleh pelaku manusia yang terlibat. Fungsi aten positif hanya menunjukkan salah satu pengaruh agama terhadap masyarakat. Sedang para ahli sejarah dan filosof sosial menunjukkan bahwa agama sering mempunyai efek negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan individu. Isu-isu keagamaan menjadi salah sat masalah penyebab perang, keyakinan agama hanya menyatukan beberapa orang tertentu dan memisahkan yang lainnya. Sebagaimana dinyatakan Jonathan Swift; “kita mempunyai cukup agama hanya untuk membuat kita membenci, namuntidak cukup untuk membuat saling mencintai”. (hal 139).
Dalam bukunya sosialogi agama, Thomas F. O’Dea menyatakan bahwa apa yang dimaksud sebagai tujuan agama adalah apa yang dilakukan oleh agama terhadap individu dan masyarakat. Yang dimaksud dengan tujuan agama adalah “apa yang dimaksudkan seseorang dalam perilaku agamanya”. Fungsi dan tujuan ini dapat bersifat manifes atau laten. Fungsi manifes ialah fungsi yang disadari, bukan yang tidak disengaja oleh pelaku manuusia. Fungsi laten ialah fungsi yang tidak disadari dan karena itu tidak disengaja oleh pelaku. Tujuan manifes menunjuk pada apa yang dimaksudkan oleh pelaku secara sadar: sedang tujuan laten menunjuk pada “pelaksanaan kebutuhan dan motivasi-motivasi yang sangat tidak disadari dan diakui oleh pelaku”. (hal 140)
Disfungsi agama, kekaburan hubungan antara agama dengan masyarakat, dan peranan agama dalam melahirkan serta memperbesar konflik sosial secara keseluruhan dipersulit oleh kenyataan bahwa pelembagaan agama itu sendiri menghasilkan seperangkat dilema yang secara struktural inheren. Dilema itu dianggap sebagai ciri khas perkembangan organisasi keagamaan dan dari sinilah sejumlah penyebab kendala internal dan fungsional. Dilema-dilema tersebut adalah dilema motivasi, dilema simbolis, dilema tertib administrasi, dilema pembatasan, dan dilema kekuasaan. Kelima dilema tersebut merupakan sumber penting bagi ketegangan dan pertikaian. (hal 186)
Dari ulasan yang saya dapatkan setelah membaca buku sosiologi agama karya Thomas F. O’Dea, ada beberapa hal perlu dianalisis dari buku tersebut. Yaitu apakah agama mempunyai peranan penting dalam masyarakat dan mengapa? Terlepas dari disfungsi yang disebabkan agama dalam perkembangan nilai-nilai baru masyarakat, agama (baca: Islam) dan masyarakat adalah lebih merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan karena agama (baca: Islam) akan memberikan pengaruh dalam masyarakat tersebut yang akhirnya ketika agama dilaksanakan oleh setiap individu dengan konsekuen akan melahirkan sebuah tatanan masyarakat yang kita cita-citakan dan idamkan bersama.
Kontribusi yang bisa diberikan oleh buku sosiologi agama karya Thomas F. O’Dea adalah sangat bermanfaat bagi pembaca dari kalangan mahasiswa sosial, atau peneliti sosial terutama mengenai penelitian agama dan masyarakat, perannya, fungsinya, dan pengaruhnya. Karena tulisan dalam buku ini sangat mendetail dan menyeluruh meski kurang obyektif karena yang disorot hanya perkembangan agama menurut sejarah barat saja.